Saturday, 20-04-2024 06:09:19 am
Home » Sejarah » Peringatan Ta’sis, Hari Jadi Masjid Menara Kudus Berkonsep Air Kehidupan

Peringatan Ta’sis, Hari Jadi Masjid Menara Kudus Berkonsep Air Kehidupan

(2787 Views) March 14, 2019 3:03 pm | Published by | No comment

Suarapatinews. Kudus – Peringatan Hari Jadi Masjid Menara Kudus, akan menggelar sebuah acara kolosal dan tradisi penyatuan air dari 50 sumber mata air berkhasiat yang ada di Kudus.

Gentong Air Kahuripan tempat menyimpan 50 sumber mata air kehidupan.

Berbagai rangkaian acara digelar dengan tema dari sebuah mitologi Menara Kudus yakni tentang “banyu panguripan”.



Air dari 50 Sendang yang berkhasiat akan dikumpulkan dalam gentong untuk prosesi kirab banyu panguripan dalam Ta’sis atau Hari Jadi Masjid Menara Kudus oleh Yayasan Masjid Menara Makam Sunan Kudus (YM3SK) Kabupaten Kudus, Selasa (12/03/19).

Dari rangkaian acara yang akan digelar 19 Rajab 25 Maret mendatang, yang cukup menarik adalah digelarnya tradisi penyatuan air dari 50 sumber mata air yang ada di Kudus.

Air sumber tersebut akan disatukan dan nantinya akan dibagi-bag ikan ke warga.

Seperti di kutip penjelasan dari Ketua Yayasan Makam Sunan Kudus KH. Em Nadjib Hassan mengatakan, “Peringatan Ta’sis Masjid Menara atau hari jadi itu erat kaitannya dengan Hari Jadi Kabupaten Kudus.

Sebab di dalam prasasti pendirian Masjid Menara Kudus terdapat juga Negeri Kudus, yang konteksnya adalah Hari Jadi Kudus.

“Kalau hari jadi kali ini, sebagai sosialisasi tentang prasasti, baik teks maupun konteksnya, sebagai penelusuran sejarah Masjid Al-Aqsha dan Negeri Kudus yang hingga kini belum sama dengan Perda Hari Jadi Kudus,” kata Nadjib kepada media.

Di dalam prasasti, tambah Nadjib, Hari Jadi Masjid adalah jatuh pada tanggal 19 Rajab 956 Hijriah atau 23 Agustus 1459 Masehi.

Sementara, dalam peringatan Hari Jadi Kudus sesuai Perda Kabupaten Kudus, yaitu 23 September 1459.

Selain itu, pada peringatan kali ini Nadjib lebih banyak menyinggung soal mitologi yang selama ini berkembang di kalangan masyarakat, bahwa di kompleks Masjid Menara terdapat sumber air yang kemudian sering disebut sebagi banyu panguripan itu akan kembali diulas.

“Setiap agama memiliki sumber air sucinya yang digunakan untuk dakwah, pengobatan, atau wacana penggerak sosial,” kata Nadjib dalam konferensi pers di Rumah Joglo YM3SK Kabupaten Kudus.

Panitia Ta’sis Masjid Al-Aqsha Menara Kudus akan mengumpulkan air dari 50 sendang atau mbelik yang ada di Kabupaten Kudus, nantinya air akan dicampur kemudian dibagikan kepada warga.

Hal itu dilakukan sebagai salah satu acara menyambut hari jadi Menara Kudus yang jatuh pada tiap 19 Rajab atau tahun ini jatuh pada 25 Maret 2019.

Abdul Jalil perwakilan panitia acara menjelaskan,”pihaknya akan mengumpulkan air dari 50 sendang yang ada di Kudus.

“Ada 50 sendang yang sampai saat ini masih keluar airnya. Nantinya air akan dikumpulkan menjadi satu,” ungkap Jalil kepada media di kantor Yayasan Masjid Menara dan Makam Sunan Kudus.

Sendang atau mbelik kata Jalil tersebut, berada di wilayah Kabupaten Kudus atau tersebar di seluruh wilayah Kota Kretek.

Di antaranya Sendang Widodari di Menawan Gebog, Sendang Jodo di Bae, dan lainnya, sebenarnya ada lagi sendang lain, tapi dengan berbagai alasan, akhirnya panitia memutuskan hanya 50 sendang.

Di antara sendang yang tidak diikutkan yaitu di Daren, Kecamatan Nalumsari, Kabupaten Jepara dan sendang di kelenteng,” terangnya.

“Di atas artefak menara dan ajaran-ajaran Sunan Kudus yang membentuk keberagamaan toleransi di Kota Kudus, ada sebuah simbol yang menjadi sangat penting untuk digali lebih dalam maknanya.

Simbol tersebut adalah banyu panguripan (Air Penghidupan) yang disebut dengan mbelik,” ungkapnya.

“Banyu, sebagaimana yang ada dalam setiap term kebudayaan, agama, maupun sains merupakan sebuah simbol untuk menggambarkan kehidupan.

Bahkan di dalam Al-Quran (Q.S. Fussilat; 39) disebutkan bahwa bumi yang kering dan tandus jika disiram oleh air maka akan menjadi hidup,” tambahnya.

Menurutnya, air merupakan sebuah instrumen untuk menghidupkan segala sesuatu yang mati atau menyegarkan sesuatu yang kering.

Instrumen inilah yang menjadi simbol penghubung antara manusia dan Tuhan, air juga digunakan untuk membasahi jiwa-jiwa dari kekeringan iman.

Menurut Ketua YM3SK M Nadjib Hasan saat diwawancarai disela-sela kesibukanya mengatakan,”pihaknya mencoba melestarikan sejarah Menara Kudus yang jatuh pada tanggal 19 Rajab.

Jadi setiap tanggal 19 Rajab diadakan peringatan, tahun ini kita tingkatkan lagi peringatannya, fakta banyu tajug (Menara) untuk di kunjungi orang banyak.

Nah biar kita tidak egois, selain tajug, banyak juga banyu lain, yang punya khasiat kita rangkum semua,” ujarnya.

Panitia acara, Abdul Jalil membenarkan tema ‘banyu panguripan’ memang diangkat dari mitologi adanya sumur di bawah bangunan Menara Kudus yang konon memiliki khasiat.

Namun lebih dari itu, filosofis khasiat air ini lebih didasarkan pada nash-nash Alquran.

Dikatakan pula, air merupakan sebuah instrumen untuk menghidupkan segala sesuatu yang mati atau menyegarkan sesuatu yang kering. Instrumen inilah yang menjadi simbol penghubung antara manusia dan Tuhan.

Air juga digunakan untuk membasahi jiwa-jiwa dari kekeringan iman.

Air dari 50 sumber tersebut akan disatukan dalam sebuah ritual yang diiringi dengan khataman Alquran sebanyak 19 kali, nantinya, air tersebut bisa dinikmati masyarakat umum yang datang di acara. “Lebih dari itu, ritual ini akan pula kami jadikan simbol mengembalikan asal muasal Kudus yang berpusat di Menara,” katanya.

Sementara, Ketua YM2SK, Em Nadjib Hasan menyatakan peringatan Ta’sis Menara Kudus ini nanti akan menjadi agenda tahunan selain prosesi Buka Luwur yang digelar setiap bulan Muharram.

Ta’sis atau proses berdirinya Menara Kudus, ditunjukkan melalui artefak candra sengkala yang ada di dalam masjid yang disimpulkan jatuh pada 19 Rajab tahun 956 H.

Menurutnya, peristiwa ini penting mengingat berdirinya Menara Kudus dinilai sebagai peristiwa penting bagi keberadaan Kabupaten Kudus.

Sebab, keberadaan Menara Kudus diakui juga menjadi simbol eksistensi wilayah Kudus. “Di atas artefak menara dan ajaran-ajaran Sunan Kudus yang membentuk keberagamaan toleransi di Kota Kudus, ” katanya.

Selain ritual penyatuan ‘banyu panguripan’ di rangkaian acara Ta’sis Menara Kudus juga akan digelar beragam acara seperti terbangan kolosal, hingga ‘pasamuhan’ yang akan dihadiri KH Musthofa Bisri, Sastrawan Sosiawan Leak dan penyair dari Malaysia. ($.tikno)

Published by

Categorised in:

No comment for Peringatan Ta’sis, Hari Jadi Masjid Menara Kudus Berkonsep Air Kehidupan

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *