Monday, 29-04-2024 10:37:03 pm
Home » Hankam » Perjalanan Seorang Prajurit Para Komando

Perjalanan Seorang Prajurit Para Komando

(4399 Views) July 28, 2017 1:56 am | Published by | No comment

Suarapatinews. Hankam – Karena status Kompi Tanjung sebagai sukarelawan, maka dalam penerjunan di Kuching nanti seluruh anggota tidak mengenakan PDL. Pakaian PDL itu ditingalkan dimarkas mereka di Ksatrian Slamet Rijadi, Kandang Menjangan Kertosuro.

FB_IMG_1496330993461

Selain itu, seluruh atribut militer yang dapat menunjukkan identitas mereka sebagai anggota pasukan regular tidak dibawa. Mereka hanya mengenakan pakaian hijau tanpa nama dan topi hutan TNKU. Senjata yang disiapkan terdiri dari senapan serbu Armalite Colt AR-15 kaliber 5.56mm dan pistol Makarov kaliber 9mm.



Senapan serbu AR-15 adalah baru bagi kebanyakan anggota RPKAD karena senjata standard mereka adalah AK-47, pagi itu 1 oktober 1965, para komandan kompi RPKAD menerima briefing dari Komandan RPKAD Kolonel Inf. Sarwo Edhie Wibowo tentang hilangnya beberapa perwira tinggi AD dan langkah-langkah yang akan diambil oleh RPKAD. Penerjunan ke Kuching dibatalkan.

Kompi Tanjung yang semula menjadi kompi sukarelawan Dwikora, dikembalikan fungsinya menjadi pasukan regular, yaitu Kompi I (India) Yon 3 RPKAD. Kompi Tanjung akan dioperasikan dalam penumpasan pemberontakan. Peralihan fungsi dari sukarelawan menjadi regular secara mendadak menimbulkan masalah sebab seluruh anggota Kompi Tanjung tidak membawa pakaian dinas militer.

Untuk mengatasi hal ini, Mako RPKAD membagikan baju loreng corak darah mengalir beserta tanda pangkat dan kesatuan. Namun, ada kesulitan untuk memperoleh ukuran celana yang cocok bagi setiap anggotanya. Anggota Kompi Tanjung terpaksa mengenakan seragam lapangan berupa baju loreng dengan celana hijau berasal dari pakaian lapangan sukarelawan yang mirip dengan celana PDH.

Akhirnya, pada hari itu juga seluruh anggota RPKAD diperintahkan untuk mengenakan kombinasi seragam lapangan semacam itu.kombinasi seragam gado-gado RPKAD tersebut terkenal dengan sebutan “Seragam Penumpasan G30S/PKI”. Ternyata beberapa hari kemudian, perpaduan antara baju loreng dan celana hijau menjadi mode dalam pakaian seragam militer waktu itu. Pasukan Kostrad juga mengenakan kombinasi baju loreng Tiger Brigade dengan celana hijau. Kesatuan-kesatuan lainnya, seperti kavaleri maupun artileri juga mengikuti jejaknya.

Pada pukul 11.00 WIB Komandan RPKAD Kolonel Inf. Sarwo Edhie Wibowo menuju Markas Kostrad mengendarai Panser. Setibanya disana, ia langsung menghadap Mayjen TNI Soeharto selaku pimpinan sementara AD. Mayjen Soeharto langsung memerintahkan Kolonel Sarwo Edhie untuk segera memimpin operasi penumpasan.

Dalam sejarah Korps Baret Merah, untuk pertama dan terakhir kali, Komandan Korps Baret Merah yang tidak memiliki wewenang operasional, memimpin langsung operasi. Menjelang tengah hari, Sintong sebagai Komandan Peleton 1 Kompi Tanjung, diperintahkan agar membawa pasukannya untuk siaga di Markas Kostrad.

Siang hari itu, hanya Peleton 1 yang diberangkatkan, peleton 2 dan 3 masing-masing dibawah pimpinan Peltu Widodo dan Peltu Sumedi baru menyusul pada sore harinya. Sintong bersama anak buahnya berangkat dari Mako RPKAD di Cijantung dengan menggunakan truk. Anggota Kompi B (Benhur) pimpinan Kapten Inf. Oerip Soetjipto dan Kompi Kayat, hanya sebagian yang kebagian angkutan.

Untuk mengatasinya, maka sarana angkutan ditambah dengan menggunakan truk sipil yang kebetulan lewat didepan Mako RPKAD dari arah Bogor menuju Jakarta. Lewat pukul 18.00 WIB di Jalan Silang Monas mulai remang-remang dan sunyi. Jam malam sudah berlaku di Jakarta. Jam malam yang dikeluarkan oleh Kodam V/Jaya selaku Penguasa Pelaksana Perang Daerah (Pepelrada) berlaku mulai pukul 18.00 – 06.00 WIB.
Persiapan untuk merebut Kantor RRI Pusat Jakarta dan Kantor Besar Telekomunikasi sedang dipersiapkan.
“Berapa lama waktu yang kamu butuhkan untuk merebut kedua objek vital itu?” tanya Mayjen Soeharto.
“Siap Jenderal! 20 menit!” jawab Kolonel Sarwo. Kalau begitu kerjakan! Sebisa mungkin hindari pertumpahan darah!”
“Kerjakan..!”
Waktu sesingkat itu adalah waktu yang diperlukan oleh pasukannya bergerak berjalan kaki dari Markas Kostrad menuju sasaran. Waktu terjadinya pertempuran sama sekali tidak diperhitungkan, karena Komandan RPKAD sangat yakin dengan kemampuan anak buahnya. (€ko)

Published by

Categorised in:

No comment for Perjalanan Seorang Prajurit Para Komando

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *