Penulisan Sejarah Desa Se- Kabupaten Pati, Segera Digelar Oleh Sako Pramuka FWP

by -35 Views
banner 468x60

Suarapatinews. Pati – “Jasmerah” jangan sekali kali meninggalkan sejarah adalah semboyan terkenal yang diucapkan presiden RI pertama Ir. Soekarno dalam pidatonya yang terakhir pada acara upacara 17 Agustus 1966 memperingati kemerdekaan RI, Kamis tgl (11/10/18).

Mbah Kasiran sesepuh desa Giling kecamatan Gunung Wungkal Pati.

Dalam upaya menguak kembali sejarah desa se Kabupaten Pati yang akhir-akhir ini mulai dilupakan kaum mudanya, anggota pramuka penegak satuan komunitas forum wartawan pati (SPFWP) mengemban misi untuk melaksanakan penulisan situs budaya dan peninggalan sejarah yang ada di desa bersangkutan sebagai tugas suci sesuai amanah dalam UU cagar budaya.

banner 336x280

Kegiatan tersebut melibatkan 40 anggota SPFWP dengan menugaskan 5 orang anggota di setiap desanya yang diketuai oleh 1 orang pimpinan kontingen.

Kegiatan penulisan sejarah desa perdana akan dilaksanakan pada hari sabtu dan minggu tanggal 13 dan 14 Oktober 2018 yang berlokasi di desa Giling Kecamatan Gunungwungkal Pati. Pemilihan desa tersebut karena banyak situs sejarah yang belum pernah ditulis atau dipublikasikan.

Namun karena banyaknya situs sejarahnya, pihak desa dan pembina pramuka bersepakat bahwa dalam penulisan sejarah desa Giling jilid 1 ini akan fokus mengambil tema “Menguak Misteri Sumur Glagah” yang sudah turun-temurun menjadi legenda desa.

Sebagai awal dalam merencanakan penulisan sejarah desa tersebut terlebih dahulu dari tim mabi Sako telah meminta ijin dan berkoordinasi dengan kepala desa tentang sitem penulisan beserta narasumber dan obyek-obyek yang akan dikunjungi adik-adik pramuka.

Menurut mbah Kasiran selaku sesepuh dan wakil dari desa menyampaikan kegiatan yang dilakukan oleh Sako Wartawan Pati sangat bagus karena jarang anak-anak muda yang peduli akan sejarahnya, sementara orang-orang tua lambat laun akan meningal, maka buku sejarah desa harus segera ditulis supaya bisa menjadi bahan bacaan untuk anak cucunya kelak di kemudian hari.

Masih tutur mbah Kasiran penulisan sejarah juga penting artinya untuk melakukan tata cara penghormatan dan menghargai para leluhur atau cikal bakal lebih dikenal dengan punden desa.

Misalnya dalam perayaan sedekah bumi pada saat ini banyak dilakukan dengan hal-hal yang salah seperti arak-arakan dengan musik dangdut dan menghadirkan minuman keras itu jelas tidak benar dan dapat membuat leluhur kita murka.

Sedangkan tata cara yang benar adalah boleh arak-arakan tapi membawa hasil bumi yang nanti akan di sedekahkan kepada para pengunjung.

Leluhur bukan tempat kita meminta tetapi tempat kita merenung dan mendo’akannya, karena leluhurlah yang telah berjasa besar pada kehidupan kita saat ini,” imbuhnya. (andik)

banner 336x280

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

No More Posts Available.

No more pages to load.