Suarapatinews. Pati – Televisi merupakan salah satu media yang menempatkan penontonnya dalam posisi khalayak aktif, khalayak aktif disini maksudnya adalah bahwa setiap orang yang menonton televisi memiliki kontrol penuh untuk memilah dan memilih tayangan apa yang ingin mereka konsumsi.

Keleluasaan inilah yang justru seharusnya di kontrol oleh semua pihak termasuk orang tua sebagai filter kontrol dirumah.
Edukasi diperlukan agar publik memiliki kemampuan untuk menyeleksi ribuan informasi yang disajikan praktisi media.
Hal tersebutlah yang menjadi dasar Ernest, mahasiswa Ilmu Komunikasi anggota KKN Tim I Undip 2019 untuk melaksanakan program literasi media televisi. (26/01/19).
“Salah satu pertimbangan saya mengapa memilih edukasi tentang televisi di tengah maraknya internet adalah karena tidak semua orang di desa memiliki akses untuk itu, televisi menurut saya masih menjadi media pokok warga desa.
Berdasarkan observasi saya, hampir setiap rumah memiliki televisi, bahkan terdapat rumah yang memiliki lebih dari satu televisi.” Terang Ernest.
Sasaran dari program ini adalah anak usia 9-12 tahun, karena mereka adalah kelompok masyarakat yang dapat dibilang memiliki waktu luang cukup banyak dan harus mendapat perhatian khusus sebagai generasi penerus bangsa, meskipun orangtua seharusnya juga ditargetkan.
Program tersebut berlangsung tepat pukul 09.30 WIB di SD Negeri 01 Giling. Sebelum masuk materi, Ernest sempat melakukan riset kecil untuk melihat media habbit anak-anak.
Hasilnya cukup memprihatinkan, dari 34 orang peserta, lebih dari setengahnya masuk dalam kategori heavy viewer yaitu golongan penonton berat yang menonton tv lebih dari 4 jam per hari.
Kebanyakan dari mereka juga turut mengonsumsi sinetron Indonesia yang tidak sesuai dengan umur mereka, seperti, sinetron Orang Ketiga dan Cinta Suci yang tayang di SCTV.
Selanjutnya, Ernest memberikan materi tentang kode-kode pertelevisian seperti SU, BO, BO/A, BO-R/R, dan D kepada anak-anak. Ia juga mencontohkan tayangan apa saja yang boleh ditonton dan mana yang tidak boleh.
Tak hanya itu, dampak negatif salah tontonan juga ia sampaikan, program ditutup dengan kuis berhadiah yang disambut antusias oleh anak-anak. (Ernest)