Saturday, 20-04-2024 02:00:07 am
Home » Pendidikan » Problematika Pendidikan Agama Islam di Tengah Pandemi Covid-19

Problematika Pendidikan Agama Islam di Tengah Pandemi Covid-19

(498 Views) November 8, 2020 1:21 am | Published by | No comment

Suarapatinews. Pati –  Hampir satu tahun lamanya wabah global corona melanda penduduk dunia yang berasal dari Provinsi Wuhan – Tiongkok pada penghujung tahun 2019 yang lalu, Minggu tgl (08/11/20).

Problematika proses belajar mengajar di tengah masa pandemi saat ini.

Itulah mengapa virus ini dinamakan Coronavirus Desease 2019 dan kemudian disingkat Covid-19.



Di negara kita Indonesia corona masuk pada awal Maret 2020 dan sampai sekarang sudah memapar setidaknya setengah juta manusia dengan korban meninggal dunia per tanggal 4 November 2020 menurut data Satgas Penanganan Covid-19 Nasional mencapai 14.259 orang (sumber: https://covid19.go.id/)

Selain melumpuhkan perekonomian nasional yang berujung pada resesi, pandemi global ini sangat berdampak juga pada dunia pendidikan Islam karena mayoritas penduduk Indonesia adalah beragama Islam. Sekolah-sekolah dan madrasah-madrasah diharuskan melakukan aktivitas belajar mengajar secara daring (dalam jaringan) demi memutus mata rantai penyebaran covid-19.

Selain itu Pondok-pondok pesantren, Madin, TPQ, dan majlis-majlis ilmu lainnya yang berjumlah ratusan ribu seantero nusantara juga dipaksa membatasi kegiatannya.

Infrastruktur digital yang kurang memadai menyulitkan para pengajar dan juga peserta didik dalam melaksanakan proses belajar mengajar secara daring, belum lagi kondisi masyarakat yang kesulitan ekonomi menyebabkan situasi semakin memprihatinkan.

Pendidikan, khususnya dalam dunia Islam tidaklah semata soal penguasaan materi yang diajarkan oleh para pendidik kepada para peserta didik, namun ada hal lain yang lebih penting yakni pembinaan karakter anak sejak usia dini yang mana periode emas tumbuh kembang anak berisiko tidak termanfaatkan secara maksimal bila KBM (Kegiatan Belajar Mengajar) secara daring terus berlanjut melewati satu tahun.

Kurikulum darurat, penerapan protokol kesehatan, dan segala akomodasi oleh para pengelola lembaga pendidikan dirasa sangat merepotkan dan menguras materi juga tenaga.

Belum lagi adaptasi kebiasaan baru atau new normal yang masih butuh waktu untuk dijalankan karena itu merupakan hal yang benar-benar baru dan mendadak.

Itu semua harus dilakukan jika menerapkan belajar luring atau di luar jaringan alias tatap muka di kelas.

Aktivitas belajar yang dilakukan mulai dari Kelompok Bermain, Sekolah, Madrasah, TPQ, maupun di Kampus pergaulan langsung dengan teman dan guru adalah bagian terpenting dari pelajaran.

Ibarat dua sisi mata uang yang tidak bisa terpisahkan, meskipun tidak sedikit yang sudah nekat menerapkan belajar luring dengan intensitas terbatas, tetap saja itu belum cukup menjadi ruh dari pendidikan dalam tradisi keIslaman.

Di beberapa pondok pesantren bahkan terpaksa memulangkan para santri untuk sementara karena dikhawatirkan sulit menerapkan jaga jarak.

Ada pula pondok pesantren yang oleh Satgas Penanganan Covid-19 diharuskan melakukan rapit tes bila mau menerima kedatangan santri yang sebelumnya pulang kampung.

Di lingkup PAUD, aktifitas sosial anak-anak pun terbatasi, seperti tidak bisa berdo’a bersama- sama sebelum memulai pelajaran, tidak bisa menjabat dan mencium tangan bapak ibu gurunya, tidak bisa menjalin silaturahmi lebih erat dengan teman-temannya, tidak bisa praktik wudhu, tidak bisa praktik sholat, tidak bisa praktik manasik haji, dan kegiatan-kegiatan lain yang sangat berkesan dan bermanfaat bagi pengembangan karakter anak.

Momen seumur hidup sekali tersebut dikhawatirkan akan benar-benar hilang bila pandemi ini tidak kunjung usai.

Pada strata pendidikan yang lebih tinggi, tingkat Madrasah Tsanawiyah dan Madrasah Aliyah misalnya, para siswa pada tahun ini dipastikan kehilangan momen bersejarah yakni muwadaah akhirussanah, yang mana prosesi tersebut sebenarnya sangat sakral dalam tradisi pendidikan Islam.

Di mana para guru dan murid bersama-sama dalam suasana haru dan bangga telah menyelesaikan suatu jenjang pendidikan.

Wabah ini sudah menjadi sebuah fakta peristiwa, selalu ada hikmah di balik setiap kejadian.

Lebih-lebih wabah yang menghebohkan dunia seperti saat ini. Tidak ada yang bisa kita lakukan kecuali bermuhasabah dan mengambil ibrah atasnya.

Mentaati protokol kesehatan yang sudah diprogramkan oleh Ulim amri demi cepat selesainya wabah ini, dan tentuntunya lebih mendekatkan diri kepada-Nya.

Bila wabah ini telah menyulitkan proses pendidikan, maka sebagai umat Islam kita harus semakin meyakini bahwa salah satu syarat menuntut ilmu adalah menghadapi cobaan kesulitan. (Zumrotun Ni’mah)

Published by

Categorised in:

No comment for Problematika Pendidikan Agama Islam di Tengah Pandemi Covid-19

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *