( Mbah Suwardi dan sumber air Jepatan)
Lereng pegunungan kendeng masih menyimpan begitu banyak misteri yang sampai sekarang masih belum terkuak, mulai dari petilasan sampai dengan mata air yang masih dianggap sakral. Diantaranya sumber grenjeng di Malowopati, sumber kaputren di Prawoto dan masih banyak lagi sumber mata air di Desa Gadu Dero Sukolilo Pati jawa tengah. Selain beberapa sumber tersebut terdapat mata air yang dianggap sakral oleh warga sekitar yang terdapat di sebelah utara jalan Sukolilo – Prawoto Km 5, tepatnya di Dukuh Jepatan Desa Wegil Kecamatan Sukolilo Kabupaten Pati. Sumber mata air yg berukuran 5×7 Meter yang keberadaanya masih sangat asri dan wingit, karena pada area sumber ditumbuhi pohon- pohon besar. Airnya yang jernih dimanfaatkan warga sekitar untuk kebutuhan sehari – hari, misalnya untuk mencuci, mandi dan memasak.
Disamping kegunaannya sebagai sumber air, terdapat kekuatan mistik yang terkandung di dalam sumber air ini. Misalnya sering ada penampakan seekor harimau dan perempuan berbaju putih di area sumber. Fenomena itu terjadi jika warga area sekitar sumber lupa akan ritual selamatan (merti sumber). Menurut Suwardi (68) salah seorang warga Jepatan, setiap bulan apit (Jawa) selalu mengadakan ruwatan selamatan dengan tujuan agar sumber tetap bersih dan lestari. Suwardi berpesan kepada semua orang yang memiliki ilmu supranatural, tidak di perbolehkan mandi keramas di dalam sumber jepatan, apabila hal tersebut dilakukan bisa menghilangkan (melunturkan) ilmu yang mereka punyai. Keterangan Suwardi juga diamini oleh Karman (35) “Percaya atau tidak hal tersebut benar adanya, percaya atau tidak hanya allah yang tahu” tuturnya.
Asal mula dukuh dan sumber air jepatan tidak lepas dari seorang tokoh dari Prawoto yg mengungsi dari Desanya ketika terjadi perang antara prabu Baka melawan Ajisaka, yaitu Eyang Wonojoyo dan istrinya Nyai Tumpi. Dalam perjalananya ke arah timur mereka berhenti di suatu tempat, ketika melihat terbelahnya tanah yg disertai mencuatnya (Njepat:Jawa) sebuah senjata beranama “Serapah Bethok” di dekat sumber mata air. Singkat cerita Eyang Wonojoyo San Nyai Tumpi menetap di daerah tersebut,dan menamakanya Dukuh “Jepatan dan Sendang Jepatan”. Adapun makam Eyang Wonojoyo dan Nyai Tumpi sampai sekarang masih ada,yakni di tengah-tengah Desa Wegil Kecamatan Sukolilo Kabupaten Pati jawa tengah.
Diluar dari misteri dan keindahan sumber air tersebut, ketika tim Jurnalis menanyakan mengenai reklamasi pegunungan kendeng yaitu pendirian pabrik semen, Suwardi mengatakan setuju saja andaikan semua kebijakan pemerintah betul-betul untuk kemakmuran rakyat dan bukan semata hanya untuk segelintir orang. Sehingga masyarakat mengetahui dengan jelas bagaimana manfaat yang di timbulkan,dan diharapkan pemerintah benar benar dapat berfungsi sebagai jembatan penghubung dengan pengembang atau pengelola pabrik semen yang profesional sehingga masyarakat tidak dirugikan dan benar dapat berfungsi secara ekonomis dan juga ramah terhadap lingkungan. ($uyoto)