Suarapatinews. Jepara – Perjalanan menikmati ciptaan Tuhan YME dengan mengunjungi candi angin di desa tempur Jepara pada hari Jum’at 9 November 2018 bersama belasan siswa MA Mazu Suwaduk.

Tempur merupakan sebuah desa di kecamatan Keling Jepara. Sebuah desa yang layak mendapatkan julukan desa wisata ini berada tepat di kaki gunung muria, Sabtu tgl (10/11/18).
Salah satu obyek wisata di desa tersebut adalah candi angin yang terletak di salah satu puncak gunung muria, tepatnya di dukuh dumpak yang dapat di daki dengan kisaran waktu 2 jam perjalanan.
Menurut Ahmad Junaidi selaku tokoh pemuda desa Tempur, candi angin menurut sejarahnya ada beberapa versi diantaranya adalah berkaitan dengan kerajaan Kalingga ada pula yang menyebutkan peninggalan dari tokoh pewayangan dan ada yang menyebut petilasan Wali Songo.
Namun dari penelitian arkeolog pendapat yang pertama lah yang mendekati kebenaran.
Masih sambung Ahmad Junaidi dengan ditemukanya berbagai arca di desa tempur, sebut saja arca Yoni dan patung Ganesa yang merupakan simbul kemakmuran.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa di desa Tempur pada masa itu merupakan pemukiman kaum hindu dan budha sedangkan candi angin sendiri merupakan tempat pemujaan kaum tersebut.
Mengenai tata cara pelestarian candi tersebut selama ini belum ada dukungan dana dari pemerintah daerah. Namun dukungan dari pemerintah desa sudah ada bukti nyata, hal tersebut dibuktikan dengan pembangunan akses jalan menuju ke candi.
Imbuh Ahmad Junaidi terkait pengunjung sudah ada beberapa dari luar negeri, namun yang paling banyak berasal dari dalam negeri. Adapun tujuan dari para pengunjung bermacam-macam tergantung dari niat masing-masing.
Bahwa candi angin merupakan salah satu situs yang dipercaya oleh masyarakat setempat menjadi simbol dari dewa angin sembilan arah mata angin. Bahkan kadangkala menampakkan jatidirinya dengan pusar pusaran angin yang berhembus kencang yang berpusat di candi angin tersebut.
Tidak bisa di pungkiri candi angin telah ada jauh sebelum masehi, mengingat tempat yang sangat sakral pada zamannya juga dilihat dari batu batuan yang ada di sekitar candi angin tersebut.
Nampak sekali para orang tua zaman dahulu atau para leluhur sudah sedemikian besar proses dalam pembuatan candi angin, menjadi sebuah kekuatan spiritual tingkat tinggi dalam melaksanakan tugas keyakinan pada saat itu.
Candi angin masih menjadi misteri besar bagi sebagian masyarakat umum maupun khusus keyakinan hingga sekarang, tidak hanya menjaga nilai nilai keyakinan namun juga nilai historis maupun spiritual. (Andik)